The 'Coup' and Its Aftermath, 1965-66 (SUPERSEMAR)

Peristiwa G30S/PKI yang terjadi pada 30 September 1965 menjadi titik awal dari perubahan besar dalam politik Indonesia. Peristiwa ini diawali dengan pembunuhan enam jenderal Indonesia oleh sekelompok orang yang terhubung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang kemudian dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September (G30S). Tujuan dari kelompok ini adalah untuk menggulingkan pemerintah dan menggantikan presiden Sukarno dengan pemerintahan yang lebih menguntungkan bagi PKI.

Namun, upaya tersebut gagal setelah Jenderal Suharto, yang pada saat itu menjabat sebagai Komando Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD), berhasil mengendalikan situasi dengan cepat. Suharto memimpin operasi untuk menghentikan gerakan tersebut dan menangkap para anggota PKI. Pemerintah Indonesia kemudian mulai memerangi komunis, dengan peristiwa pembunuhan massal yang terjadi terhadap anggota PKI dan orang-orang yang diduga terlibat, yang mempengaruhi ratusan ribu orang di seluruh Indonesia.

Sukarnya situasi ini membawa ketegangan yang tinggi di tingkat pemerintahan. Setelah peristiwa G30S, Sukarno tetap menjadi presiden, tetapi posisi kekuasaannya semakin tergerus. Suharto, dengan dukungan militer, mulai mengambil alih kendali pemerintahan, meskipun Sukarno tetap memegang posisi formal sebagai kepala negara.

Pada 11 Maret 1966, Sukarno mengeluarkan Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret), yang memberi wewenang kepada Suharto untuk mengambil alih kekuasaan eksekutif dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengembalikan stabilitas negara. Meskipun Sukarno tetap menjadi presiden secara resmi, kekuasaannya sangat terbatas setelah Supersemar dikeluarkan. Suharto mulai mengonsolidasikan kekuasaan dan secara efektif menggantikan Sukarno.

Pada 12 Maret 1967, Sukarno secara resmi menyerahkan kekuasaannya kepada Suharto melalui pengalihan jabatan presiden, yang kemudian menandai dimulainya Orde Baru di Indonesia. Periode ini ditandai dengan peningkatan kontrol militer dan pemerintah otoriter yang dipimpin oleh Suharto selama lebih dari tiga dekade.

Buku ini menggambarkan bagaimana Supersemar dan peristiwa G30S/PKI merupakan momen kritis dalam sejarah Indonesia yang mengarah pada berakhirnya era Orde Lama dan dimulainya Orde Baru yang didominasi oleh Suharto.

Pesan yang ingin disampaikan oleh kedua penulis, William H. Frederick dan Robert L. Worden, dalam buku Indonesia: A Country Study adalah untuk memberikan pemahaman yang mendalam dan komprehensif tentang Indonesia, termasuk sejarah, politik, ekonomi, dan budaya. Mereka menekankan pentingnya konteks historis dalam membentuk Indonesia sebagai negara modern dan bagaimana perubahan besar dalam sejarah, seperti peristiwa G30S dan Supersemar, berperan dalam membentuk struktur politik dan pemerintahan negara.

Dalam hal ini, penulis berusaha menggambarkan transisi yang dramatis dalam politik Indonesia dari Orde Lama (di bawah Sukarno) menuju Orde Baru (di bawah Suharto). Mereka ingin menekankan bahwa peristiwa-peristiwa tersebut bukan hanya sekadar pergantian pemerintahan, tetapi juga perubahan mendalam dalam struktur kekuasaan, pengaruh militer, dan dampaknya terhadap masyarakat Indonesia. Penulis ingin pembaca memahami bagaimana konflik-konflik politik, sosial, dan ekonomi saling berkaitan, serta bagaimana sejarah Indonesia membentuk identitas negara tersebut hingga masa kini.

Dengan buku ini, penulis juga mengajak pembaca untuk melihat Indonesia dalam konteks yang lebih luas, baik dalam hubungan internasional maupun dalam hal peranannya di kawasan Asia Tenggara dan dunia. Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa Indonesia adalah negara yang dinamis, dengan tantangan dan peluang besar, serta memiliki sejarah yang kompleks yang membentuk jalannya kebijakan domestik dan luar negeri.

Sumber :

Frederick, William H., & Worden, Robert L. (Eds.). (2011). Indonesia: A Country Study (6th ed.). Federal Research Division, Library of Congress.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Danantara antara Penyelamat atau Petaka

RUU TNI Sebagai Masa Depan Baru atau Bayang-bayang Lama?

Harganas 2025: Dari Keluarga untuk Indonesia Maju