Hari Buruh Internasional (May Day)


Tragedy Illustration Haymarket Affair -United States history [1886]

Hari Buruh Internasional atau May Day, diperingati setiap tanggal 1 Mei di lebih dari 80 negara di seluruh dunia. Momen ini merupakan hasil dari sejarah panjang perjuangan kelas pekerja dalam memperjuangkan hak-hak dasar seperti jam kerja yang manusiawi, upah layak, dan kondisi kerja yang aman.

Peringatan May Day berakar dari peristiwa tragis yang terjadi pada Mei 1886 di Haymarket, Chicago, Amerika Serikat. Pada saat itu, para buruh menggelar aksi damai menuntut pengurangan jam kerja menjadi delapan jam sehari. Namun, aksi tersebut berujung pada kerusuhan setelah ledakan bom terjadi di tengah demonstrasi, yang kemudian dibalas dengan kekerasan oleh aparat kepolisian. Insiden ini menyebabkan tewasnya sejumlah buruh dan polisi, serta memicu gelombang solidaritas buruh di seluruh dunia.

Sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan itu, pada tahun 1889, Kongres Buruh Internasional Kedua (International Socialist Congress) di Paris menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional.

Gelombang solidaritas buruh yang bermula di dunia Barat akhirnya menjalar ke Indonesia yang saat itu masih dijajah Belanda, ditandai dengan terbentuknya serikat-serikat pekerja seperti Personeel Fabriek Bond (PFB) pada 1905 dan mulai diperingatinya May Day sebagai simbol perlawanan. Setelah kemerdekaan, gerakan buruh terus berkembang meski sering dibatasi kondisi politik, dan sejak era reformasi 1998, unjuk rasa buruh setiap 1 Mei menjadi rutin.

Perjuangan buruh di Indonesia telah menempuh jalan panjang, setidaknya selama 120 tahun (1905–2025). Dalam kurun waktu itu, buruh Indonesia menghadapi berbagai fase, mulai dari penindasan kolonial, pembungkaman gerakan selama rezim Orde Baru, hingga menguatnya kembali suara pekerja di era reformasi. Gerakan buruh tidak hanya mencerminkan perjuangan ekonomi, tetapi juga menjadi bagian dari narasi besar demokratisasi dan hak asasi manusia.

Bahkan dalam catatan sejarah Indonesia ada beberapa pristiwa penting perjuangan para buruh.

Tahun

Peristiwa Penting

Kronologi Singkat

1905

Pembentukan PFB

Tuntutan utamanya perihal jam kerja yang manusiawi dan kondisi kerja layak, sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem kerja eksploitatif kolonial.

1920

Peringatan Hari Buruh pertama kali

Aksi-aksi ini fokus pada kenaikan upah, penghapusan kerja paksa, dan hak berserikat yang meresahkan.

1965-1998

Represi rezim Orde Baru

Tuntutan buruh nyaris tak terdengar karena gerakan mereka dibatasi. Namun, protes tetap hidup di bawah permukaan, menuntut kebebasan berserikat dan perbaikan kesejahteraan.

1998

Reformasi

Munculnya serikat buruh independen seperti FSPMI, KSPI, dan KSBSI. Tuntutan pada masa ini meliputi pencabutan sistem kerja kontrak, kebebasan berserikat, dan upah minimum regional.

2012 - 2013

Aksi Nasional

Tuntutan utama adalah penghapusan sistem outsourcing, kenaikan UMR, dan pengakuan 1 Mei sebagai hari libur nasional. Hasil nyata dari gerakan ini adalah diterbitkannya Keputusan Presiden No. 24 Tahun 2013 yang menetapkan 1 Mei sebagai hari libur resmi nasional.

2020

Penolakan Omnibus Law

Aksi ini diikuti oleh berbagai aliansi buruh, mahasiswa, hingga petani. Tuntutannya mencakup pembatalan Omnibus Law, perlindungan jaminan sosial, dan hak atas pekerjaan yang aman dan tetap.

2024

Aksi menuntut revisi UU Ketenagakerjaan

Menyoroti kesenjangan digital, minimnya perlindungan pekerja gig economy, serta ancaman penghapusan hak-hak jaminan sosial akibat fleksibilisasi tenaga kerja. Mereka menuntut revisi undang-undang ketenagakerjaan, perlindungan untuk pekerja informal, dan jaminan atas keseimbangan kerja dan hidup (work-life balance).

 

Foto: Demo UU Ciptaker di depan gedung DPR (Ari Saputra/detik)

Maka setelah ditinjau secara historis, perjuangan kaum buruh pada masa lalu berfokus pada tuntutan-tuntutan mendasar, seperti hak untuk berserikat, pengaturan jam kerja yang manusiawi, serta penghapusan kerja paksa. Seiring perkembangan zaman, isu-isu ketenagakerjaan menjadi semakin kompleks. Buruh kini dihadapkan pada tantangan seperti sistem kerja alih daya (outsourcing), maraknya pekerjaan informal, tekanan ekonomi global, serta fenomena baru seperti otomatisasi industri dan ekonomi berbasis platform (gig economy). Meskipun demikian, esensi perjuangan tersebut tetap tidak berubah, yakni memperjuangkan martabat dan hak-hak dasar kaum pekerja.

Di tahun 2025 ini, kaum buruh tidak boleh diam, suara mereka harus terus menggema melawan ketidakadilan yang kian nyata di tengah kebijakan-kebijakan yang semakin menyingkirkan hak-hak dasar pekerja. Di saat nasib buruh makin terombang-ambing oleh sistem kerja fleksibel, upah tak menentu, dan perlindungan sosial yang terus dikikis, perjuangan harus kembali digelorakan. Ingat, tanpa mereka, gedung-gedung tak akan berdiri, jalanan tak terbentang, mesin pabrik tak bergerak, dan roda ekonomi tak berputar. May Day bukan sekadar simbol, tapi panggilan untuk bersatu, melawan penindasan struktural, dan merebut kembali martabat kerja yang manusiawi di negeri yang terus abai pada peluh mereka yang menjadi tulang punggung bangsa.

 

Daftar Pustaka:

1. Khaeron, R. A. (2025, 29 April). Sejarah Hari Buruh di Indonesia dari Kolokial Belanda Sampai Reformasi. Di Akses 30 April 2025 https://www.metrotvnews.com/read/NQACYqm2-sejarah-hari-buruh-di-indonesia-dari-kolonial-belanda-sampai-reformasi

 2. Adelman, W. J. (n.d.). The Haymarket Affair Illinois Labor History Society. Illinois Labor History Society. Di Akses 30 April 2025 http://www.illinoislaborhistory.org/the-haymarket-affair

3. Britanica. (2025, April 27) Haymarket Affair - United States history [1886]. Di Akses 30 April 2025 https://www.britannica.com/event/Haymarket-Affair

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Danantara antara Penyelamat atau Petaka

RUU TNI Sebagai Masa Depan Baru atau Bayang-bayang Lama?

Harganas 2025: Dari Keluarga untuk Indonesia Maju