Peringatan Internasional Penghapusan Kekerasan Seksual dalam Konflik
Hingga detik ini, berbagai konflik Meletus di berbagai belahan di dunia. Sejak Oktober 2023 lalu, Israel melakukan genosida, kekerasan seksual, penghancuran fasilitas layanann kesehatan seksual dan reproduksi kepada warga Palestina di wlayah pendudukan Palestina.
Selama April—September 2015, lebih dari 1.300 kasus pemerkosaaan di Negara Bagian Unity di Sudan Selatan. Survei akhir 2016, 70% wanita di Ibu Kota Sudan Selatan, Suba, mengalami kekerasan seksual sejak awal konflik. Pada Maret 1968 di dusun My Lai dan My khe, Vietnam, tentara Amerika Serikat (AS) terlibat dalam pembunuhan dan pemerkosaan warga sipil Vietnam. Jumlah tewas diperkirakan 247—507 warga sipil, Sebagian besar wanita, anak-anak dan orang tua.
Sedekade lalu, tepatnya 19 Juni 2015, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (A/RES/69/293) memproklamasikan 19 Juni setiap tahun sebagai Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan Seksual dalam konflik.
Peringatan ini diciptakan untuk meningkatkan kesadaran perlunya menghakhiri kekerasan seksual yang berhubungan dengan konflik. Telah ada instrument hukum internasional seperti Statuta Roma Makhkamah Pidana Internasional (1998) International Criminal Court), Komvensi Jenewa 1949 (International Humanitarian Law) dan hukum hak asasi manusia internasional lainnya. Akan tetapi, mengapa kekerasannya masih berlanjut hingga kini?
Melansir indonesia.un.org, kekerasan seksual terkait konflik (conlict-related sexual violence) mengacu pada pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran paksa, pemaksaan kehamilan, pemaksaan aborsi, sterilisasi paksa, perkawinan paksa dan segala bentuk kekerasan seksual yang sebanding dengan itu, yang dilakukan terhadap perempuan, laki-laki, anak perempuan atau anak laki-laki, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang terkait dengan konflik.
Organisasi bersenjata dapat menargetkan korban secara sembarang atauu memilih berdasarkan perilaku, misalnya dukungan mereka terhadap kelompok saingan, atau identitas mereka, seperti keanggotaan mereka dalam kelompok etnis, agama, politik, atau komunitas yang dianggap mewakili atau mendukung lawan. Korban pun tidak hanya menargetkan perempuan saja, melainkan juga laki-laki. Seperti yang terjadi di Sri Lanka, pasukan pemerintah menargetkan memperkosa laki-laki dan perempuan Tamil.
Kekerasan seksual bukanlah dampak atau produk sampingan yang tak terhindarkan kala perang, sebaliknya, kekerasan seksual adalah strategi militer. Bentuk, frekuensi dan targetnya sangat bervariasi.Beberapa aktor bersenjata melarang anggotanya terlibat dalam kekerasan seksual terhadap warga sipil, akan tetapi beberapa mengadopsi pemerkosaan atau bentuk kekerasan seksual lainnya sebagai kebijakan organisasi dengan tujuan militer tertentu, dan beberapa menoleransi kejadiannya. Akar penyebab yang paling umum adalah ketidaksetaraan berbasis gender yang sudah ada sebelumnya, struktur sosial partriarki, kemiskinan dan ketidaksetaraan ekonomi. Akan tetapi, siapa yang paling bertanggung jawab atas ini dan bagaimana kita menyeret pelakunya di pengadilan?
Apa yang harus kita lakukan? Melawan, mulai hari ini, menyuarakan lebih banyak peristiwa kekerasan seksual dalam konflik, lewat ponsel di genggaman kita, lewat mulut ke mulut, diskusi kecil, dan yang terpenting adalah menghancurkan rape culture. Mirisnya, baru-baru ini, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, menyatakan bahwa pemerkosaan massal pada Kerusuhan Mei 1998 di Indonesia sebagai rumor. Kata-katanya “Pemerkosaan massal kata siapa? Enggak pernah ada buktinya. Itu adalah cerita. Kalau ada, tunjukkan,” pada Rabu, 11 Juni 2025 lalu. Rincian jumlah perkosaaan dan kekerasan seksual dalam kerusuhan Mei 1998 menurut temuan yang telah diverifikasi Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) adalah:
Sumber:
Databoks Katadata. (2025.). Jumlah Korban Perkosaan Kerusuhan Mei 1998 Lebih dari 50 Orang. Retrieved from https://databoks.katadata.co.id/demografi/statistik/684fae11cfeb1/jumlah-korban-perkosaan-kerusuhan-mei-1998-lebih-dari-50-orang
Medica Mondiale. (n.d.). Violence against women: Sexualised wartime violence. Retrieved from https://medicamondiale.org/en/violence-against-women/sexualised-wartime-violence
Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights (OHCHR). (2025, March 13). “More than a human can bear”: Israel's systematic use of sexual, reproductive and other forms of gender-based violence since October 2023. Retrieved from https://www.ohchr.org/en/press-releases/2025/03/more-human-can-bear-israels-systematic-use-sexual-reproductive-and-other
United Nations. (n.d.). Conflict-related sexual violence (CRSV): A Survivor’s Journey – 15 Years. Retrieved from https://www.un.org/en/exhibits/exhibit/conflict-related-sexual-violence-crsv-survivors-journey-15-years
United Nations Information System on the Question of Palestine (UNISPAL). (2025, March 13). Report of the Commission of Inquiry: Israel's systematic use of sexual, reproductive and other forms of gender-based violence since 7 October 2023. Retrieved from Report of the Commission of Inquiry: Israel's systematic use of sexual, reproductive and other forms of gender-based violence since 7 October 2023 - Question of Palestine
United Nations Indonesia. (2024.). Hari Internasional Penghapusan Kekerasan Seksual dalam Konflik, 19 Juni. Retrieved from https://indonesia.un.org/id/237065-hari-internasional-penghapusan-kekerasan-seksual-dalam-konflik-19-juni#:~:text=Pada%20tanggal%2019%20Juni%202015,yang%20berhubungan%20dengan%20konflik%2C%20untuk
UN Peacekeeping. (2020, December 1). Combatting Conflict-Related Sexual Violence in Mali. Medium. https://unpeacekeeping.medium.com/combatting-conflict-related-sexual-violence-in-mali-a589dd96d307
Komentar
Posting Komentar